Balai Pustaka
(BP) bukanlah hasil ekspresi bangsa (Ind.) secara murni; sastra BP adalah sastra bertendens, punya maksud-maksud praktis ttt → mendidik bgs Ind agar menjadi Peg. Negeri yang patuh dan tidak ambisius untuk menyamai orang-orang Belanda. Keputusan Kerajaan Belanda 30
Sept 1848 kepada Gub. Jend Bld di Ind. diberi wewenang menggunakan dana
£.25.000 per tahun untuk pendidikan guna memenuhi kebutuhan pegawai rendah dan
juga untuk mengendalikan pendidikan yang telah dilakukan pihak swasta.
Komisi
Bacaan Rakyat
Tgl 14 Sept 1908 didirikan “Komisi Bacaan Rakyat dan Pendidikan
Pribumi (Comissie voor de Inlandsche School-en Volkslectuur)” yang
diketuai Dr. G.A.J. Hazeu dan 6 org anggota. Tugas komisi ini: memberi
pertimbangan kpd Dir. Pendidikan dalam memilih karya-karya yang baik (utk
sekolah/rakyat). Sejak 22 Sept 1917 Komisi Bacaan Rakyat ini diubah menjadi
sebuah badan tetap yang dinamai Balai Pustaka. Selama 6 tahun mereka
telah:
a) mencetak buku-buku bacaan utk anak-anak sekolah dan masy yang
terdiri atas seri A: bacaan anak-anak, seri B: buku hiburan dan ilmu penget.,
seri C: utk yang sudah lanjut penget.-nya;
b) membentuk perpus-perpus guna lebih menyebarkan bacaan-bacaan
tsb.
Munculnya sastra BP yang kebanyakan berupa roman sebenarnya
terjadi karena kebetulan; ketika volkslectuur mengalami jalan buntu untuk
menerbitkan buku-buku bacaan yang lebih beragam, tidak hanya
penceritaan kembali cerita-cerita lama saja. Karya terjemahan dalam BP baru
mengalami masa subur pada 1920-an dan 1930-an terutama karya-karya dari bahasa
Inggris, Perancis, Belanda, Jerman, Rusia, Amerika, India, dan Arab.
Tersebarnya buku-buku BP
disebabkan oleh alasan politis (mengontrol jenis bacaan) sehingga dijual murah.
Tema dan Ciri Ciri Sastra Balai Pustaka
1.
pertentangan kaum muda
melawan adat;
2.
kesetiaan pegawai;
3.
anti-nasionalisme;
4.
tema sejarah.
5.
bersifat kedaerahan;
6.
bersifat romantik-sentimental;
7.
bergaya bahasa Balai
Pustaka;
8.
bertema sosial, jarang
yang menggarap permasalahan watak, agama, atau politik.
Sastrawan Balai Pustaka
Adinegoro (1904-1966) |
I Gusti Nyoman Panji Tisna (1908 |
Suman Hs (Hasibuan) (1904-?) |
Merari Siregar (1896-1940) |
Hamka (1908-1981) |
Aman Datuk Madjoindo (1896-1969) |
Abdul Muis (1890-1959)
|
Marah Rusli (1889-1968) |
1. Merari Siregar (1896-1940)
2.
Marah Rusli
(1889-1968)
3.
Mohamad Kasim (1886-?)
4.
Nur Sutan Iskandar
(1893-1975) atau “Raja Balai Pustaka”
5.
Abdul Muis (1890-1959)
6.
Tulis Sutan Sati
(1898-1942)
7.
Aman Datuk Madjoindo
(1896-1969)
8.
Suman Hs (Hasibuan)
(1904-?)
9.
Adinegoro (nama
aslinya Djamaluddin) (1904-1966)
10. Sutan Takdir Alisjahbana (1908-?)
11. Hamka (1908-1981)
12. I Gusti Nyoman Panji Tisna (1908-?)
13. Haji Said Daeng Muntu
14. Marius Ramis Dayoh (1909-?)
15. dll
Karya sastra BP yang dianggap bermutu antara lain: Sitti Nurbaya, Salah Asuhan, Katak Hendak Menjadi Lembu, Salah Pilih, Tenggelamnya Kapal van der Wijck, I Swasta Setahun di Bendahulu, Surapati, dan Robert Anak Surapati.
0 comments: