Dendang
Pengarang : Darman
Moenir
Penerbit : Balai
Pustaka
Tahun : 1990
Tokoh pemuda dalam novel ini memiliki keberanian dan tekat
yang kuat. Buktinya, hanya dengan tekad ia mampu menyelesaikan sekolahnya dan
menjadi sarjana muda. Bagi ayah pemuda itu, hidup jangan menunggu kaya terlebih
dahulu. Meskipun ia seorang pemuda miskin, dengan kemahirannya menulis cerita
pendek dan diterbitkan di koran daerah, ia bisa menghidupi dirinya. Melalui
tulisannya itu pula, pemuda ini menjalin hubunga dengan gadis Han.
Meskipun Ibu Han tidak setuju dengan pernikahan anak gadis
dengan pemuda itu, namun karena ayah Han yang bijaksana, pernikahan dapat
dilaksanakan.
Kantor tempat pemuda itu bekerja menempatkannya pada bagian
penataan wajah dan pembetulan. Alhasil ia sering dikenakan sift malam. Bagi
pemuda itu, Ia senang di berikan pekerjaan pada sift malam daripada siang.
Baginya siang adalah waktu luang yang akan digunakan untuk menambah ilmunya
khususnya kesusastraan.
Sayang, seribu sayang, kantor tempat pemuda itu bekerja
memiliki jaringan listrik yang buruk. Listrik kantor penerbitan itu sering
mati. Karena sering mati pemuda itu tidak dapat melaksanakan pekerjaannya
dengan baik. Akhirnya ia dipindahkan ke bagian iklan.
Pada bagian iklan ia berusaha memperbaiki kesalahannya. Ia
berhasil meningkatkan penjualan Iklan. Meskipun ia kini dikenakan dinas siang,
pemuda itu masih bisa melanjutkan sekolah karena masih ada waktu luang sepulang
bekerja. Namun karena kesibukannya itu timbullah pertengkaran diantara suami
istri itu.
Pertengkaran semakin meruncing karena sebuah postcard yang
bergambar seorang wantia teman sekolah pemuda itu. Sekalipun pemuda itu
menjelaskan kepada istrinya, Han tidak dapat memaafkan suaminya. Akhirnya
pemuda itu memutuskan untuk mengirim surat untuk ayahnya di kampung. Surat itu
isinya adalah pengaduan tentang maslaah keluargannya sekaligus rencana
perceraiannya.
Ia mendapat nasihat dari beberapa temannya yang sesama
seniman. Karena nasihat itu. Ia bertekad bahwa penting baginya untuk berusaha
hidup dan menghidupi istri dan anaknya betapaun rintangannya, istri dan anak
adalah tangung jawabnya. Karena itu ia tak boleh menyerah dalam menjalani
hidup.
0 comments: