Di Kaki Bukit Cibalak
Pengarang : Ahmad
Tohari
Penerbit : Pustaka
Jaya
Tahun : 1986
Ada lima orang calon kepala desa, namun dari lima calon itu,
hanya dua yang punya peluang menang pemilihan. Kedua orang itu adalah Pak Badi.
Pak Badi adalah lulusan SMEP. Orang kedua adalah Pak Dirga.
Dari hasil perhitungan suara, Pak Dirga terpilih sebagai
Kepada Desa Tanggir yang bari. Tentu saja hal itu membuat Pak Badi dan
pengikutnya kecewa. Salah satu yang mengikuti pak Bardi adalah Pambudi. Ia
adalah seorang pemuda 24 tahun yang bekerja mengurus lumbung koperasi.
Bagi Pambudi, kekecewaannya sangat beralasan. Kepala Desa
yang baru tidak berbeda dengan kepala desa sebelumnya. Banyak kecurangannya
dalam mengelola kas desa. Selain itu Pak Dirga juga bekerja sama dengan
tengkulak sehingga sangat sulit bagi lumbung padi Desa memperoleh keuntungan. Akhirnya
ia berhenti dan mencari pekerjaan lain.
Keputusannya tersebut salah satunya karena ketika itu ada
seorang warga yang berniat meminjam padi. Namun ia ditolak kepala desa. Padahal
yang akan meminjam tersebut adalah perempuan tua yang sangat memerlukan uang
untuk berobat. Sikap kepala desa yang seperti itu membuat tekad Pambudi bulat.
Ia segera mengundurkan diri.
Pambudi berniat menolong wanita tua tadi. Wanita itu bernama
Mbok Ralem. Ia menderita kanker ganas. Tak kalah akal, Pambudi mendatangi kantor
surat kabar Kalawarta yang berada di Yogya. Pambudi menemui pimpinan harian dan
mengusulkan agar dibuka dompet amal guna pengobatan Mbok Ralem.
Tindakan tersebut membuat pemimpin Kalawarta tertarik.
Namun, tindakannya itu justru membuatnya dibenci oleh kepala desa. Teror dan
fitnah berdatangan kepada Pambudi. Dalang dari teror dan fitnah tersebut tak
lain adalah kepala desa. Tak tahan dengan situasi tersebut, Pambudi pergi ke
Yogya. Ia hendak bekerja sambil melanjutkan sekolahnya.
Dalam persiapan mengikuti ujian masuk perguruan tinggi,
Pambudi bekerja sebagai pelayan toko milik Nyonya Wibawa atau Oei Eng Hwa.
Pambudi merangkap pekerjaan sebagai pelayan toko, sekaligus pembantu. Karena
pekerjaannya itu pula, Pambudi menjadi akrab dengan anak majikannya yang
bernama Mulyani.
Suatu ketika, Pambudi ditawari bekerja di Harian Kalawarta.
Usulnya mengenai dompet amal merupakan salah satu alasan Pambudi diterima di
harian itu. Dengan diterimannya pambudi bekerja di Harian Kalawarta, ia harus
meninggalkan pekerjaan sebagai pelayan toko.
Sekolah bekerja dan belajar berlangsung dengan baik.
Hubungan dengan desa pun tetap berjalan. Sani, adalah salah satu gadis desa
yang menarik hati Pambudi. Namun sayang gadis itu digaet Pak Dirga untuk
dijadikan istri mudannya.
Pak Dirga akhirnya diberhentikan dari jabatan kepala desa.
Ia terbukti banyak melakukan penyelewengan. Hal itu tak luput dari kerja keras
Pambudi yang membongkar kecurangan kepala desannya.
Hubungan Mulyani dengan Pambudi tetap berlanjut dan akhirnya
mereka mengakui perasaan masing-masing.
0 comments: