POLITIK LUPA
D.Y
Tokoh:
Mbah
Bagus Mbah Yadi Mas Tejo
Mbah
Karyo Mas
Karno
Mbah
Sup Mas Sadi
PROLOG
Disuatu desa terpencil,
hiduplah mantan anggota PETA. PETA adalalah kesatuan
militer yang dibentuk Jepang di Indonesia pada masa pendudukan Jepang. Tentara PETA telah berperan besar dalam Perang Kemerdekaan Indonesia. Organisasi ini telah
dibubarkan pada tanggal 18
Agustus 1945, sehari setelah proklamasi
kemerdekaan Indonesia. Ada beberapa kelompok
orang-orang yang tergabung dalam PETA yang tidak benar-benar bubar. Mereka tetap
bersatu dan hidup bertetangga hingga usia yang sudah senja ini. Sebagai salah
satu pasukan pembela tanah air, mereka sangat suka meMbahas tentang perjalanan bangsa ini, khususnya dalam bidang
politik.
Seting : Di sebuah pelataran di depan rumah Mbah Sup.
Mbah Bagus : Mbah Sup, masih ingat pesan bung Karno?
Mbah
Sup : Ya masih to, Mbah bagus. Monggo diminum kopinya, nanti dingin
Mbah
Bagus : Saya jadi kepingin tahu, bagaimana ya reaksi beliau melihat politik negeri
ini. (sambil meminum kopi)
Mbah
Karyo : Assalamualaikum, selamat sore Mbah Bagus, Mbah Sup, jangan lupa nanti ada
Kenduri di rumahnya mas Karno.
Mbah
Sup : Iya... sampeyan bisa datang?
Mbah
Karyo : Ya bisa dong, masa tanya begitu
sama yang ngabari sampeyan, gimana
toh?
Mbah
Bagus : Haiah Yo...Karyo sampeyan itu kan pelupa.
Mbah
Bagus : Kenduren kemarin kamu tidak
datang kenapa?
Mbah
Sup-Mbah Bagus : (tertawa)
Mbah
Karyo : Wah kalau itu saya lupa Mbah Bagus.
Mbah
Sup : Tuh, sampeyan sendiri yang bilang.
Mbah
Karyo : Ngomong-ngomong tadi sampeyan sedang bahas apa?
Mbah
Sup : Ini.. tadi Mbah Bagus kepingin tahu. Pendapat kamu
tentang politik.
Mbah
Karyo : Wah saya seneng nih kalau debat
seperti ini. Politik ya? Politik itu kata yang berasal dari bahasa Yunani. Artinya dari, untuk,
atau yang berkaitan dengan warga negara. Politik juga dapat diartikan
kebijaksanaan. (Dengan bangga)
Mbah Bagus : Wes...wes...wes.. mulai kemintere.
Mbah
Karyo : Elhoh.... memangnya saya salah?
Mbah
Sup : Endak salah Mbah Karyo, bener. Cuma yang saya
tanyakan bukan arti, apalagi asal-usul katanya Mbah. Tadi Mbah Bagus
kepingin tahu pendapat kamu tentang politik sekarang ini.
Mbah Bagus : Makanya cermati dulu pertanyaannya!
Mbah
Karyo : Oh begitu. Kalau menurut saya,
politik negara ini baik-baik saja. Politik itu kan artinya bijaksana, jadi
orang-orang berpolitik itu ya harus bijaksana.
Mbah
Sup : Contohnya Mbah Karyo?
Mbah
Karyo : Nah... contohnya waktu
pemilihan apa itu, pokoknya yang banyak partainya itu lho.. Orang-orang dari
partai-partai itu sangat perhatian. Mereka tahu kesusahan kita sebagai orang
kecil. Saya saja sampai dapat enam amplop. Totalnya tiga ratus ribu. Hoo.. lumayan
to?
Mbah Bagus dan Mbah Karyo :
hehehe diterima to...(nyengir)
Mbah
Sup : Kalau menurut Mbah Bagus, politik negeri ini
bagaimana?
Mbah Bagus : Kalau menurut saya... politik jaman sekarang itu mirip Mbah
Karyo.
Mbah
Sup : Lhoh kok bisa?
Mbah
Karyo : Maturnuwun Mbah Bagus, sampean ndak seperti biasanya...
Mbah
Sup : Biasannya gimana maksudnya Mbah?
Mbah
Karyo : Itu, biasanya Mbah Bagus itu kan judes kalau sama
saya, hehehe.
Mbah
Bagus : Hmmm...saya itu belum selesai
ngomongnya. Sudah nyrocos saja kalian itu. Begini lho maksudku. Politik itu seperti Mbah Karyo. Keminter dan Pelupa.
Mbah
Karyo : Oalah wes podo biasane..
Mbah
Bagus : Baca berita pagi tadi endak?Itu
lho... yang tentang ricuh di DPR
Mbah
Sup : Baca Mbah.
Mbah
Bagus : Saya baca itu hawanya emosi
saja. Mereka bilang rokyat...rakyat...rokyat... rakyat. Tapi kok kenyataanya,
tindakan mereka cuma buat kepentingannya sendiri. Saya sebagai orang tua merasa
mangkel. Bocah enom saiki kok seperti
itu. Kalau saya boleh bilang, generasi yang jadi pemimpin ini banyak yang
berasal dari generasi kecolongan, generasi gagal atau lost generastion. Apa mereka pikir negara ini punya mereka? Lupa
mereka kalau kita masih hidup!
Mbah
Sup : Saya setuju Mbah.
Mbah
Karyo : Kalau itu saya juga setuju.
Mbah
Bagus : Setuju apa Yo? Yang mana?
Mbah
Karyo : Yang itu Mbah.. yang suka nyolong tadi. Nyolong kan maksudnya suka korupsi to?
Mbah
Bagus : Ya...Yo Wes
Mbah
Sup : Kalau Pelupa maksudnya apa?
Mbah
Bagus : Politik sekarang itu pelupa.
Politikus-politikus itu sudah lupa dengan tujuan politik. Masyarakat itu
sekarang sudah banyak yang tidak percaya dengan politikus.
Politik sekarang sudah
lupa mana yang benar, mana yang salah. Adanya Cuma bagi-bagi kepentingan. Lihat
aja itu koalisi-koalisi di DPR. Mereka lupa, bahwa mereka disana itu sebagai
pelayan masyarakat. (berapi-api)
Saya salut Mbah Sup sama sampean... sudah di usia
senja seperti sekarang sampean tidak lupa pesan Bung Karno.
Mbah
Sup : Iya Mbah Bagus, tentu saja saya masih ingat pesan bung Karno. Wong baru
saja tadi sore di SMS, cuma saya lupa HP saya taruh di mana ya? (kebingungan)
Masih di pelataran rumah Mbah Sup. Ketika Mbah Sup, Mbah Karyo dan Mbah Bagus sedang asyik
bercakap-cakap, datanglah Mas Karno.
Mas
Karno :
Mbah...mbah ada kabar lelayu. (teriak
dan tergesa-gesa)
Mbah
Bagus : Sinten Mas Karno yang meninggal?
Mas
Karno : Itu.... Mbah Yadi.
Mbah
Sup : Elhah meninggalnya kenapa
Mas Karno? Kemarin saya ketemu masih seha-sehat saja kok.
Mas Karno :
Tadi katanya bunuh diri... tertabrak
kereta Mbah Sup.
Mbah
Bagus : Welah ... bunuh diri kenapa? Mbah Yadi itu kan endak ada masalah
sama siapa-siapa to?
Mbah
Sup : Sepertinya memang endak ada
masalah Mbah.
Mbah
Karyo : Wah sampeyan ini sok tahu
semuanya. Kalau yang namanya orang punya masalah ya mana mau cerita. Apalagi
kalau masalahnya berhubungan dengan aib.
Mbah
Bagus : Mbah Karyo tahu masalahnya apa?
Mbah
Karyo : Ya jelas, endak tahu saya.
Mbah
Bagus : Heleh...
Mas
Karno : Ya sudah Mbah, saya lanjut lagi, mau ngabari
tetangga yang lain
Mbah
Sup :Ya mas, monggo
Mas
Sadi : Mbah-mbah sudah tahu ada
kabar lelayu? (Masuk sambil berlari tergesa-gesa setelah Mas Karno pergi)
Mbah
Bagus : Sudah Mas Sadi, tadi dikabari
sama Mas Karno
Mbah
Karyo : Mas Sadi tahu kenapa Mbah Yadi
bunuh diri?
Mas
Sadi : Endak tahu mbah Sup. Tapi
katanya gara-gara anaknya hamil.
Mbah
Karyo : Hamil sama siapa Mas Sadi?
Mas
Sadi : Wah saya kurang tahu..
Mbah
Karyo : Wah jangan-jangan...
Mbah
Bagus : Jangan-jangan apa Mbah?
Mbah
Karyo : Endak.. jadi mbah, saya endak
mau suudzon.
Mas
Sadi : Ya sudah mbah-mbah, saya
mau lanjut mengabari warga yang lain.
Mas Tejo :
Selamat sore mbah-mbah. Sudah tahu,
ada yang meninggal? (Jalan dengan santai)
Mbah
Bagus : Sudah! Kamu dapat kabar dari
siapa Jo?
Mas
Tejo : Wah saya disana Pas Mbah
Yadi tertabrak. Saya itu yang pertama nolong Mbah Yadi.
Mbah
Sup : Gimana Jo? Tahu kenapa Mbah
Yadi bunuh diri?
Mas Tejo :
Wah itu dia Mbah...
Mbah
Sup : Itu dia? Maksudnya
Mas Tejo :
Mbah Yadi sempat ngomong sama saya sebelum meninggal.
Mbah
Karyo : Apa Jo masalahnya?
Mbah
Bagus : Stt... diam dulu to Mbah Karyo!
Mbah
Sup : Sepertinya Mbah Yadi kan
endak ada masalah Jo.
Mas Tejo :Iya
Mbah, bener. Saya itu bingung Mbah Yadi itu bunuh diri atau tidak...
Mbah
Bagus : Lho kok bingung? Mbah Yadi
ngomong apa?
(Hantu
Mbah Yadi masuk panggung)
Mas
Tejo :Tadi beliau bilang....
Mbah
Yadi : Saya tadi itu rencananya mau
naik kereta Mas Tejo, tapi Saya lupa kalau kereta itu endak mau distop seperti taksi.
Mbah
Sup, Mbah Bagus, Mas Tejo : (Lari)
Mbah
Karyo : O...gitu to Mbah. Wah berarti
lupa itu memang berbahaya nggih Mbah?
. Mbah Yadi : Iya Mbah Karyo... saya setuju.
0 comments: