Pengertian Apresiasi Sastra
Apresiasi dimengerti sebagai proses penghargaan akan sesuatu. Apresiasi sastra berarti sebuah proses menghargai karya-karya sastra. Dalam mengapresiasi sebuah sastra, pembaca perlu melibatkan aspek kognitif, aspek emotif dan aspek evaluatif.
Aspek kognitif berkaitan dengan kognisi pembaca untuk memahami unsur-unsur kesastraan.
Aspek emotif berkaitan dengan emosi pembaca ketika menghayati unsur-unsurkarya sastra.
Aspek evaluatif berkaitan dengan penilaian pembaca terhadap karya sastra. Penilaian berupa baik-buruk, indah-tidak indah, sesuai-tidak sesuai.
Pendekatan dalam Apresiasi Sastra
Penggunaan pendekatan dalam mengapresiasi karya sastra ditentukan oleh tujuan apresiasi, proses apresiasi, dan landasan teori yang digunakan.
Berdasarkan tujuan apresiasi, pendekatan yang dapat digunakan adalah: (1) pendekatan parafrastis, (2) pendekatan emotif, (3) pendekatan analitis, (4) pendekatan historis, (5) pendekatan sosiopsikologi, (6) pendekatan didaktis.
Berdasarkan proses apresiasi, pendekatan yang dapat digunakan antara lain: (7)pendekatan emotif, (8) pendekatan ekspresif, (9) pendekatan analitis, (10) pendekatan semantis, (11) pendekatan struktural.
Berdasarkan landasan teori yang digunakan, berikut ini teori-teori yang dapat digunakan untuk kegiatan apresiasi sastra: (12) teori fenomenologi, (13) hermeneutika, (14) formalisme, (15) strukturalisme, (16) semiotika, (17) teori resepsi, (18) teori psikoanalistis.
1. Pendekatan Parafrastis dalam Apresiasi Sastra
Apresiasi sastra dengan pendekatan parafrastis dilakukan dengan jalan mengungkapkan kembali gagasan yang disampaikan pengarang (dengan kalimat dan bahasa yang berbeda) guna memahami kandungan makna dalam karya sastra. Tujuan dari pendekatan parafrastis ialah menyederhanakan pemakaian kata atau kalimat pengarang, sehingga pembaca lebih mudah memahami kandungan makna yang tersimpan dalam suatu karya sastra.
Bahasa yang digunakan dalam karya sastra biasanya bersifat indah, mulia, namun juga memiliki konotasi yang tinggi. Kalimat dengan konotasi akan lebih sulit dipahami kandungan maknanya. Oleh sebab itu, pendekatan parafrastis menggunakan cara pengungkapan kembali dengan tujuan membuat kalimat tidak lagi berkonotatif-sehingga lebih mudah dipahami.
Untuk lebih jelasnya, pendekatan parafrastis ini memiliki lima dasar prinsip penerapan:
a) gagasan yang sama dapat disampaikan lewat bentuk yang berbeda, b) simbol-sombol yang bersifat konotatif dalam suatu cipta sastra dapat diganti dengan lambang atau bentuk lain yang tidak mengandung ketaksaan makna, c) kalimat atau baris dalam karya sastra yang mengalami pelesapan dapat dikembalikan lagi ke bentuk dasarnya, d) perubahan suatu cipta satra baik dalam hal kata maupun kalimat yang semua simbolik dan eliptis menjadi bentuk kebahasaan yang tidak konotatif akan mempermudah upaya seseorang untuk memahami kandungan makna dalam suatu bacaan, e) pengunkapan kembali suatu gagasan yamg sama dengan menggunakan media dan bentuk yang tidak sama oleh seorang pembaca akan mempertajam pemahaman gagasan yang diperoleh pembaca (Aminuddin, 2010:41-42).
2. Pendekatan Emotif dalam Apresiasi Sastra
Pendekatan emotif adalah suatu pendekatan yang bertujuan menemukan unsur-unsur emosi atau perasaan dalam suatu karya sastra. Unsur emosi dapat berupa keindahan penyajian bentuk, keindahan isi, ataupun kemenarikan gagasan. Prinsip dasar pendekatan emotif dilatarbelakangi oleh pandangan bahwa sastra merupakan bagian dari karya seni. Oleh karena sastra adalah karya seni maka pasti bertujuan untuk dinikmati, menghibur, dan memberikan kesenangan pembacanya.
Pertanyaan yang dapat diajukan dalam menggunakan pendekatan ini adalah:
Adakah unsur-unsur keindahan dalam cipta rasa yang akan saya baca ini? Bagaimana cara pengarang menampilkan keindahan itu? Bagaimana wujud keindahan itu sendiri setelah digambarkan pengarangnya? Bagaimana cara pembaca menemukan keindahan itu? Serta berapa banya keindahan itu dapat ditemukan? (Aminuddin, 2010:41-42)
3. Pendekatan Analistis dalam Apresiasi Sastra
Pendekatan analistis adalah suatu pendekatan yang berusaha memahami gagasan pengarang, cara menampilkan dan mengimajinasikan gagasanya, sikap pengarang dalam mengambil gagasannya, serta elemen intrinsik dan mekanisme dalam karya sastra.
Kegiatan apresiasi sastra dengan pendekatan analistis dapat dimulai dengan membaca teks secara keseluruhan - pembaca menampilkan pertanyaan yang berhubungan dengan unsur-unsur intrinsik yang membangun cipta sastra (bagaimana penokohanya? perwatakannya? setting? alurnya? dsb.) - langkah selanjutnya adalah memahami mekanisme hubungan antar unsur. Analisis tidak harus dilakukan terhadap semua unsur tapi dapat difokuskan kepada satu unsur misalnya diksi atau gaya bahasa sebuah karya sastra.
Teori psikoanalistis menyangkut Id, Ego, dan Super Ego (Sigmund Freud). Dalam telaah sastra hal-hal itulah yang dimanfaatkan untuk memahami aspek kejiwan pengarang dalam kaitannya dengan proses kreatif karya sastra
Kegiatan apresiasi sastra dengan pendekatan analistis dapat dimulai dengan membaca teks secara keseluruhan - pembaca menampilkan pertanyaan yang berhubungan dengan unsur-unsur intrinsik yang membangun cipta sastra (bagaimana penokohanya? perwatakannya? setting? alurnya? dsb.) - langkah selanjutnya adalah memahami mekanisme hubungan antar unsur. Analisis tidak harus dilakukan terhadap semua unsur tapi dapat difokuskan kepada satu unsur misalnya diksi atau gaya bahasa sebuah karya sastra.
4. Pendekatan Histori dalam Apresiasi Sastra
Pendekatan historis menekankan pada pemahaman tentang biografi pengarang, latar belakang peristiwa/sejarah yang melatarbelakangi terwujudnya karya sastra tersebut. Pendekatan ini memandang bahwa sastra merupakan bagian dari zamannya. Pengetahuan mengenai biografi pengarang dibutuhkan untuk memahami sosio-budaya zaman pengarang.
5. Pendekatan Sosiopsikologis dalam Apresiasi Sastra
Pendekatan ini berusaha memahami latarbelakang kehidupan sosial-budaya, kehidupan masyarakat, dan sikap pengarang terhadap lingkungan pada zamannya. Pendekatan ini juga memandang bahwa karya sastra tidak dapatt dipahami secara lengkap jika dipisahkan dari lingkungan kebudayaan. Dalam prakteknya, pendekatan ini, sering tumpang tindih dengan pendekatan historis.
6. Pendekatan Didaktis dalam Apresiasi Sastra
Didaktis secara harafiah juga berarti mendidik. Oleh karenannya, pendekatan ini berusaha menemukan dan memahami gagasan, tanggapan evaluatif atau sikap pengarang terhadap kehidupan. Pada akhirnya, pembaca akan menemukan nasihat atau pandangan filosofis yang mampu memperkaya kehidupan pembaca.
Dalam pelaksanaan apresiasi sastra, umumnya pembaca dapat menggunakan lebih dari satu pendekatan secara bersama-sama.
0 comments: