Tujuan Pendekatan Kolaboratif
Postingan ini merupakan lanjutan dari post Pendekatan dan Metode Pembelajaran. Bagi sobat yang belum membacanya silah klik di sini.
Pada pendekatan kolaboratif, siswa didorong untuk mampu: a) menerima orang lain, membantu orang lain, menghadapi tantangan, dan bekerja dalam tim. Sama seperti pendekatan yang telah dibahas sebelumnya, pendekatan kolaboratif juga memiliki metode pembelajarannya sendiri. Metode pembelajaran kolaboratif antara lain: 1) Teams Games Tournament (TGT), 2) Teams Assisted Individualization (TAI), 3) Student Team Achievement Division (STAD), 4) Numbered Head Together (NHT), 5) Jigsaw, 6) Think Pair Share (TPS), 7) Two Stay Two Stray (TSTS), 8) Role Playing, 9) Pair Check, dan terakhir 10) Cooperative Script.
Pada pendekatan kolaboratif, siswa didorong untuk mampu: a) menerima orang lain, membantu orang lain, menghadapi tantangan, dan bekerja dalam tim. Sama seperti pendekatan yang telah dibahas sebelumnya, pendekatan kolaboratif juga memiliki metode pembelajarannya sendiri. Metode pembelajaran kolaboratif antara lain: 1) Teams Games Tournament (TGT), 2) Teams Assisted Individualization (TAI), 3) Student Team Achievement Division (STAD), 4) Numbered Head Together (NHT), 5) Jigsaw, 6) Think Pair Share (TPS), 7) Two Stay Two Stray (TSTS), 8) Role Playing, 9) Pair Check, dan terakhir 10) Cooperative Script.
Macam-Macam Metode Pendekatan Kolaboratif
1. Teams Games Tournament (TGT)
Teams Games Tournament adalah metode pembelajaran kooperatif yang dikembangkan Slavin pada tahun 1995. TGT digunakan untuk membantu siswa dalam mereview dan menguasai materi pelajaran. Elemen yang dituju dengan penggunaan metode ini adalah peningkatan skill dasar, interaksi positif antar siswa, harga diri, serta penerimaan pada siswa lainya yang berbeda.
Metode pembelajaran Teams Games Tournament menempatkan satu kelompok yang terdiri dari orang-orang dengan 3 kemampuan yang berbeda (tinggi, sedang, rendah). Proses pelaksanaan pembelajaran dengan metode ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Pembagian Kelompok: Pada tahap ini, guru mulai membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari maksimal 4 orang. Siswa dibagi ke dalam kelompok secara heterogen berdasarkan rangking akademik siswa.
Turnamen: Sistem tournamen dapat diatur sedemikian rupa menggunakan media kartu soal maupun perangkat multimedia. Tiap kelompok akan mendapatkan pertanyaan . Kemudian siswa berusaha menjawab pertanyaan.
Scoring: Penentuan pemenang adalah dengan skor yang paling banyak.
2. Team Asisted Individualization (TAI)
TAI merupakan sebuah program pedagogik yang mengadaptasikan pembelajaran dengan perbedaan individual secara akademik.
Metode Team Asisted Individualization bertujuan untuk meminimalisir pengajaran individual yang kurang efektif. Caranya adalah dengan membagi siswa kedalam kelompok-kelompok heterogen. Kriteria yang harus dipenuhi dalam pembelajaran ini adalah a) meminimalisir keterlibatan guru, b) melibatkan guru mengajar pada kelompok kecil yang heterogen, c) memotivasi siswa untuk mempelajari materi-materi dengan cepat dan akurat, d) siswa mampu bekerja dengan siswa lain yang berbeda kemampuan. Proses pelaksanaan pembelajaran dengan metode ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Pembagian kelompok: siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan 4 atau 5 orang seperti pembagian dalam Metode TGT.
Tes Penempatan: siswa diberikan pre-test. Setiap siswa ditempatkan pada tingkatan yang sesuai dengan program individual berdasarkan hasil pre-test.
Mempelajari Materi: siswa mempelajari materi yang akan didiskusikan.
Belajar Kelompok: siswa melakukan belajar kelompok dalam satu tim.
Skoring dan Pengakuan: skoring diberikan di akhir pengajaran, tim yang terbaik memperoleh penghargaan dari guru.
Kelompok Pengajaran: guru memberikan pengajaran kepada setiap kelompok tentang materi yang sudah didiskusikan.
Tes Kemampuan: guru meminta siswa untuk mengerjakan tes untuk membuktikan kemampuan mereka.
3. Student Team Achievement Division (STAD)
Strategi ini merupakan salah satu strategi yang menerapkan kerjasama antar kelompok kecil dengan kemampuan akademik yang berbeda untuk menyelesaikan tujuan pembelajaran.Tahapan pembagian kelompok hampir sama dengan TGT dan TAI. Proses pelaksanaan pembelajaran dengan metode ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Pengajaran: guru menyajikan materi pelajaran, format pelajaran dapat berupa ceramah-diskusi.
Tim Studi: para anggotta kelompok bekerja secara kooperatif menyelesaikan lembar kerja dan lembar jawaban yang diberikan guru.
Tes: setiap siswa secaara individual menyelesaikan kuis. Setiap kusi diberi skor dan dicatat perolehan hasilnya. Hasil tes individu akan diakumulasikan untuk skor tim mereka.
Rekoknisi/Penghargaan: setiap tim memperoleh penghargaan bergantung pada skor tim.
4. Numbered-Head Together (NHT)
Metode pembelajaran Numbered Head Together pada dasarnya merupakan varian dari diskusi kelompok. Tujuan dari metode pembelajaran ini adalah memberi kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi gagasan dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.Proses pelaksanaan pembelajaran dengan metode ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Penomoran: masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor.
Tugas: guru memberikan tugas kepada masing-masing kelompok untuk dikerjakan.
Diskusi kelompok: setiap kelompok berdiskusi untuk menjawab pertanyaan. Setiap anggota kelompok harus dipastikan mengetahui jawaban tersebut.
Presentasi: guru secara acak memanggil nomor siswa. Siswa yang terpanggil nomornya maju dan mempresentasikan jawaban.
5. Jigsaw
Metode pembelajaran Jigsaw membutuhkan kemampuan guru untuk memahami kemampuan dan pengalaman siswa. Selain kemampuan dan pengalaman siswa, guru juga harus mampu memberi banyak kesempatan pada siwa untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.Proses pelaksanaan pembelajaran dengan metode ini dapat dilihat pada gambar dibawah in:
Pembagian topik: awal pelajaran, guru membagi topik pelajaran kedalam sub-sub topik. Misal dalam pelajaran memahami unsur intrinsik drama, guru dapat membaginya menjadi enam bagian yaitu tema, plot/alur, tokoh, latar/seting, dialog, petunjuk lakuan.
Pengarahan dari guru: pengarahan dapat berupa brainstroming agar siswa lebih siap menghadapi bahan pelajaran baru.
Pembagian kelompok: kelompok dibagi dengan anggota sesuai jumlah subtopik.
Pembagian subtopik dalam kelompok: tiap siswa dalam satu kelompok memperoleh bagian subtopik yang berbeda dari anggota yang lainnya.
Bekerja pada subtopik: setelah pembagian sbutopik, tiap siswa belajar atau mengerjakan subtopiknya masing-masing.
Diskusi antar subtopik dalam kelompok: siswa berinteraksi dengan anggota lain dalam kelompok dan mendiskusikan subtopiknya masing-masing.
Diskusi topik antar kelompok: diskusi ini dilakukan oleh seluruh anggota
Kelompok ahli: kelompok ahli dapat dibentuk apabila materi dirasa cukup sulit. Kelompok ahli ini terdiri dari kumpulan anggota kelompok yang mendapat subtopik tertentu, misal "tema". Para anggota kelompok dengan subtopik tema akan berkumpul menjadi satu kelompok. Kemudian mereka bekerjasama mempelajari subtopik tersebut. Setelah selesai mempelajari subtopik tersebut, anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompoknya semula.
Acuan Penulisan:
Huda, Miftahul. 2014. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bayangan saya tadi sebelum membaca/membuka materi saya akan disajikan dengan bagaimana pengawas menggunakan sistim kepengawasan dengan menggunakan pendekatan kolaboratif...tapi ternyata kolaboratif dalam perspektif pembelajaran...
ReplyDelete